Senin, 10 Mei 2010

KLASIFIKASI IKAN

1. Ikan Mas Cyprinus carpio
Klasifikasi ikan mas Saanin (1984) dalam Sulistio (2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L



Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (barbels) yang kadang-kadang satu pasang diantaranya rudimenter, ukuran dan warna badan sangat beragam (Sumantadinata, 1983 dalam Wibawa, 2003).


2. Ikan Nila Oreochromis niloticus
Berdasarkan sistematika yang terdapat pada Tilapias; Taxonomy and Specification oleh Trewavas, 1982 (Saanin dalam Wibawa 2003) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtes
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percormorphii
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : O. niloticus


Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (kompress) dengan profil empat persegi panjang ke arah anterior posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembulkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membulat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah type ctenoid. Ikan nila (Oreochromis niloticus) juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, beitu pula pada bagian analnya. Dengan posisi sirip anal dibelakang sirip dada (abdominal). (Suyanto, 1994 dalam Wibawa, 2003).
Menurut Suyanto (1994) dalam Wibawa, (2003) ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut.
Ikan Nila merah Florida mempunyai tingkat kelangsungan hidup lebih baik pada slinitas 18 ppt dibandingkan dengan salinitas lebih rendah dan yang lebih tinggi, walaupun dapat dipelihara sampai salinitas 36 ppt (Watanabe et. al, 1990 dalam Arifin, 1995).

3. Ikan Patin Pangasius hypopthalmus
Saanin (1984) mengklasifikasi Patin Siam sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pengasius
Spesies : Pangasius hypopthalmus.
Selain klasifikasi dia atas, ada juga para ahli yang menglasifikasi lain, sehingga Patin Siam itu ber-spesies Pangasanodon hypopthalmus.





4. Ikan Nila Oreochromis niloticus
Berdasarkan sistematika yang terdapat pada Tilapias; Taxonomy and Specification oleh Trewavas, 1982 (Saanin dalam Wibawa 2003) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtes
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percormorphii
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : O. niloticus



Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (kompress) dengan profil empat persegi panjang ke arah anterior posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembulkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membulat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah type ctenoid. Ikan nila (Oreochromis niloticus) juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, beitu pula pada bagian analnya. Dengan posisi sirip anal dibelakang sirip dada (abdominal). (Suyanto, 1994 dalam Wibawa, 2003).
Menurut Suyanto (1994) dalam Wibawa, (2003) ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut.
Ikan Nila merah Florida mempunyai tingkat kelangsungan hidup lebih baik pada slinitas 18 ppt dibandingkan dengan salinitas lebih rendah dan yang lebih tinggi, walaupun dapat dipelihara sampai salinitas 36 ppt (Watanabe et. al, 1990 dalam Arifin, 1995).

5. Ikan Gurami Osphronemus goramy
Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, degan morfologi bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan. Ikan gurame merupakan keluarga anabantidae. Keturunan helostoma dan dan bangsa labyrinthici. Dinas perikanan Jakarta (1997)
Klasifikasi ikan gurame :
Klas : pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub ordo : anabantoidae
Family : anabantoidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy



6. Ikan lele Clarias batrachus
Di Indonesia dikenal banyak jenis lele, di antaranya lele lokal, lele dumbo, lele phiton dan lele babon (lele Kalimantan). Namun, yang dibudidayakan hanya lele lokal dan (Clarias batrachus) dan lele dumbo (Clarias gaeriepinus). Jenis yang kedua lebih banyak dikembangkan karena pertumbuhannya lebih cepat dan ukurannya lebih besar daripada lele lokal (Bachtiar, 2006).
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Bachtiar (2006) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus


Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan mata air. Namun, lele dumbo juga dapat hidup dalam kondisi air yang kurang baik seperti di dalam lumpur atau air yang memiiliki kadar oksigen rendah. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena lele dumbo memiliki insang tambahan yaitu arborescent yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga terdapat kantung insang tambahan yang berbentuk seperti pohon, karenanya dinamakan arborescent organ. Organ ini dipergunakan untuk pernafasan udara sehingga memungkinkan lele dumbo untuk mengambil napas langsung dari udara dan dapat hidup di tempat beroksigen rendah. Alat ini juga memungkinkan lele dumbo untuk hidup di darat, asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang tinggi (Bachtiar, 2006).

7. Ikan Sepat Hias colisa fasciata

Gambar 5. Ikan sepat hias colisa fasciata
Sumber : translate.google.com

Rumus sirip dorsal, V-VII (jari-jari keras atau duri) dan 8–10 (jari-jari lunak); dan sirip anal XII-XIV, 25–30. Gurat sisi 30–37 buah. Panjang standar (tanpa ekor) kira-kira 2,4 kali tinggi badan. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. (Weber dan de Beaufort 1922). Sekali memijah biasanya betina akan mengeluarkan 150–200 butir telur. Telur ikan akan menetas setelah 24 jam kemudian. Beberapa hari berikutnya burayak (anak-anak ikan) mulai aktif berenang. Pada saat itu hendaknya ikan jantan dipisahkan dari anak-anaknya, agar burayak-burayak itu tidak dimakannya menurut Sastrapradja et. al (1981).
Klasifikasi ikan sepat hias :
Kingdom : Animalia
Phylum : chordate
Kelas : actinopterigi
Ordo : perciformes
Family : Ospronemidae
Genus : trichogaster
Species : T. leeri

8. Sistem ketahanan ikan
Hewan air membutuhkan oksigen dalam jumlah yang berbeda – beda tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis dan variabel lingkungan seperti suhu, kadar oksigen terlarut, kadar CO, salinitas dan lain – lain. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup (Effendi, 2003).
Menurut Fujaya( 2004) bahwa oksigen digunakan sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagi reaksi metabolisme, sedangkan menurut (Afandi dan Tang, 2002) peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang mutlak dibutuhkan untuk mengoksidasi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) sehingga dapat menhasilkan energi .
Pertukaran antara oksigen yang masuk ke dalam darah dengan karbondioksida yang keluar dari darah terjadi dengan cara difusi pada pembuluh darah dalam insang. Peredaran darah dalam filamen merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung yang masih banyak mengandung karbondioksida dengan pembuluh darah yang akan meninggalkan filamen insang yang kaya akan oksigen (Tim Iktiologi, 1989).
Menurut Affandi (2002), organ pernafasan ikan dibagi menjadi dua yaitu alat pernafasan akuatik (insang) dan alat pernafasan udara ( air breathing fishes). Alat pernafasan akuatik berupa insang dalam, insang luar dan permukaan tubuh. Sedangkan alat pernafasan udara biasanya merupakan alat pernapasan tambahan terdapat pd ikan yang hidup di perairan bersuhu tinggi (tropis), stagnan, dan miskin oksigen. Selain memanfaatkan oksigen terlarut dalam air, beberapa jenis ikan mampu memanfaatkan oksigen secara langsung dari udara bebas dengan cara melakukan kontak langsung dengan udara (keluar di permukaan air. Umumnya ikan – ikan yang mempunyai kemampuan seperti ini hidup pada habitat air tawar di daerah tropis yang kandungan oksigennya sedikit bahkan anoksid.
Beberapa spesies ikan mempunyai alat pernafasan tambahan yang memungkinkan mereka dapat hidup di perairan dangkal atau perairan yang kurang oksigen. Menurut Brojo (2004), alat – alat pernafasan tambahan tersebut adalah: Labirin, berupa lipatan – lipatan lembaran tulang tapis yang tersusun seperti bunga mawar yang banyak sekali mengandung kapiler – kapiler darah untuk pertukaran oksigen dengan CO2, misalnya pada ikan sepat, ikan tambakan dan ikan betok. Arborescent organ, berbentuk seperti karang misalnya pada ikan lele yang terletak pada tulang lengkung insang pertama dan ketiga. Diverticula, yaitu lipatan – lipatan kulit di permukaan rongga bagian dalam mulut dan faring, misalnya pada ikan gabus. Alat pernafasan tambahan berbentuk tabung, misalnya pada ikan Saccobranchus, sejenis ikan lele yang hidup di perairan dalam. Lipatan – lipatan kulit tipis pada dinding bagian operculum, misalnya pada ikan blodok

1 komentar:

Winarno mengatakan...

postingan ini sangat membantu
trimakasih

menurut saudara apa yang perlu ditambahkan?