Jumat, 14 Mei 2010

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH
Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana
Abstrak
Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk
mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton
diharapkan dapat mengurangi blooming plankton.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator
kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan
sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah
Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan
hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan
200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.
Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada
kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/
kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan
plankton yang tumbuh di kolam.
Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas,
NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan
untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng.
Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter
dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai
80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %.
PENDAHULUAN
belakang
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De
merupakan komoditas air tawar yang memiliki
ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar
untuk konsumsi lokal maupun ekspor.
Usaha budidaya udang galah dewasa ini
mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan
berkembangnya sistem polikultur di lahan
. Namun pada kenyataannya keterbatasan
benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata
menjadi kendala utama dalam usaha
pengembangan budidaya udang galah.
Masalah teknis yang dihadapi pada
perkembangan budidaya udang adalah ketidak
sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan
air, belum terdapatnya teknologi produksi yang
guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak
dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998),
permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-
adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan
yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk
mengoptimumkan penggunaan pakan
meminimumkan tingkat kematian udang selama
pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan
produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit
dan penurunan kualitas lingkungan.
Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya
disebabkan oleh pencemaran dari luar
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)
pengotoran karena kegiatan budidaya. Pencemaran
dari luar budidaya meliputi antara lain : buangan
industri, buangan dari kegiatan pertanian dan buangan
rumah tangga. Selain itu pengotoran karena kegiatan
budidaya itu sendiri, yaitu berupa sisa pakan dan
buangan dari proses metabolisme hewan yang
dibudidayakan. Apabila masukan buangan ini
berlangsung terus menerus akan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan budidaya, yaitu terjadi
blooming plankton yang pada akhirnya akan
menyebabkan kegagalan panen.
Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa
hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk
mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah
satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis
plankton fider diharapkan dapat mengurangi blooming
plankton. Selain pemanfaatan plankton dengan
penggunaan biokatalisator berupa ikan ini akan
memberikan dampak positif lainnya yaitu
penambahan pendapatan dan produksi kegiatan
budidaya itu sendiri.
Tujuan dan Target
Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai
biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah.
Target
Target yang ingin dicapai adalah informasi
teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada
pembesaran udang galah dan penambahan pendapatan
hasil kegiatan budidaya udang.
TINJAUAN PUSTAKA
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De
Man) merupakan komoditas air tawar yang memiliki
nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar,
baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha
budidaya udang galah dewasa ini mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan barik
berupa perluasan lahan pemeliharaan maupun
berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak.
Dalam usaha merebut pasar udang galah
diperlukan adanya kesinambungan produksi, sehingga
diperlukan adanya suplai benih udang galah dalam
jumlah yang mencukupi dan tepat waktu. Namun
kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok
yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala
utama dalam usaha pengembangan budidaya udang
galah. Ketidak kontinyuan ini salah satu faktornya
adalah disebabkan oleh lingkungan media
pemeliharaan yang kurang mendukung.
Manajemen lingkungan merupakan salah satu
aspek penting yang berperan sangat besar dalam
keberhasilan usaha pembenihan udang galah.
Sebagaimana hewan akuatik lainnya, aktivitas hudip
udang galah sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungannya, bahkan udang galah memiliki
kerentanan yang tinggi terhadap kualitas media
pemeliharaan yang kurang baik (Hadie & Hadie,
1993). Proses ganti kulit (moulting) pada udang galah
yang merupakan kondisi rentan terhadap perubahan
lingkungan dan serangan patogen, juga menjadi dasar
pentingnya manajemen lingkungan pemeliharaan
secara seksama.
Produk Probiotik
Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan
tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya
bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan
atau bakteri heterotrofik (Gatesoup, 1999). Bakteri
heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi
oksigen untuk mengahsilkan karbodioksida dan
amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri
autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan
karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan
produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)
Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)
21
Menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Adang
(1999), probitotik adalah mikroorganisme hidup non
phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan
laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan
kesehatan hewan. Selanjutnya Fuller (1989) dalam
Gandara (2003) mengatakan bahwa probiotik adalah
feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan
yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan
keseimbangan mikroorganisme dalam salyran
pencernaan.
Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis
mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur
campuran). Spesies yang sering digunakan adalah
Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,
Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Daari spesies
ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida
pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan
Aspegillus oryzae (Fuller, 1992 dalam Gandara 2003).
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol
biologis pada sistem budi daya (Garriques dan
Arevalo, 1995) adalah:
1. Menekan pertumbuhan bakteri patogen
2. Mempercepat degradasi bahan organik dan
limbah
3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial
4. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme
indigenus yang menguntungkan pada tanaman,
misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut
pospat.
5. Memfiksasi nitrogen
6. Mengurangi pupuk dan pestisida
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi
bahan organik pada dasar tambak akan lancar,
sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi
pertumbuhan plankton. Bahan organik yang
mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai
(probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik
seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat
digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air
untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton
merupakan makanan bagi zooplankto, sehingga
jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan
tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan
pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk
larva ikan mas. Dengan demikian maka ketersediaan
pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.
Biokatalisator
Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/
makhluk hidup yang digunakan sebagai penyeimbang
di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di dalam dunia
perikanan dapat berupa bahan bioremedian atau
beberapa jenis ikan yang bersifat pemakan plankton
atau tanaman air lainnya. Beberapa jenis ikan yang
dapat digunakan sebagai biokatalisator diantaranya
adalah tilapia, bandeng atau belanak. Biokatalisator
ini nyata membantu mempertahankan kondisi air
kolam dan menimbulkan green water. Ikan dapat
ditebar dengan kepadatan 5000-1000 ekor/ha
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan ini hewan
uji ikan bandeng air tawar ukuran 5-8 cm, benih
tokolan udang galah ukuran 10 gram, bahan kimia
untuk analisa kualitas air, pakan udang, pupuk, kapur
dan probiotik.
Peralatan yang digunakan berupa peralatan
perikanan meliputi : waring, lambit, scop net, kawat
saringan dan lain-lain, peralatan analisa air yang teridi
dari : pipet, erlenmeyer, becker glass, buret, tabung
nessler, botol sampel, serta alat-alat lain dibutuhkan.
Metode
Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai
bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang
digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)
22
dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan
adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.
Perlakuan adalah sistem polikultur dengan satu
perlakuan dan kontrol, sedang ulangan digunakan
dengan ulangan waktu. Lama pemeliharaan selama 4
bulan. Pengelolaan kolam dengan pemberian pupuk
yang di fermentasi dengan probiotik selama 7 hari,
selanjutnya dimasukan air dan tiga hari kemudian
dimasukan ikan.
Udang ditebar di kolam dengan padat tebar 10
ekor/m2. Pemberian pakan untuk udang berupa pellet
udang, dosis pemberian pakan 3% meningkat, dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari.
Sedang untuk ikan dipelihara dalam dalam hapa
yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah.
Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan
padat tebar 100 ekor/m2. Pemberian pakan untuk tidak
dilalukan untuk ikan, karena diharapkan ikan cukup
memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.
Parameter yang diamati adalah parameter
kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2,
Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P,
kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung
dilakukan sampling satu bulan sekali untuk
mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan
bandeng.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari kegiatan pemanfaatan biokatalisator
berupa ikan bandeng pada pemeliharaan udang galah
terhadap kondisi kualitas air kolam, di peroleh hasil
sebagai berikut :
Pengamatan Kualitas Air
Pengukuran Suhu Air
Dari hasil pengukuran suhu selama uji coba
tersebut menunjukkan bahwa pada minggu 1 suhu
cenderung rendah rata-rata 230C, ini terjadi terjadi
pada ketiga perlakuan minggu ke 2 mulai naik sampai
250C. Namun kemudian pada minggu ke 3 turun dan
stabil sampai pada minggu ke 7, selanjutnya naik
kembali mencapai kisaran 25-26,50C dan pada akhir
percobaan menunjukkan kecenderungan menurun
(Gambar 1).
Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan
Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa
suhu antar kolam uji tidak menunjukkan perbedaan,
yaitu pada kontrol berkisar antara 23,0-26,70C, pada
perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik
EM4 berkisar 21,0-26,20C dan pada
Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan
probiotik MBPI berkisar 22,0-26,50C. Nilai kisaran
suhu dari hasil pengamatan ini masih memenuhi
kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan, namun
belum optimal. Menurut Effendi, H (2003) kisaran
optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan berkisar
25-30 0C.
Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan
pemberian probiotik EM4 maupun MBPI tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap suhu
Pengukuran pH Air
Nilai pH (derajat keasaman) selama kegiatan
berlangsung menunjukkan bahwa nilai pH pada kolam
perlakuan (B & C) relatif stabil berkisar 6-8, sedang
pada kolam kontrol (A) menunjukkan fluktuasi yang
cenderung lebar yaitu berkisar antara 6 sampai 9.
Fluktuasi Suhu
21
22
23
24
25
26
27
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke
Suhu (0C)
A
B
C
Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)
23
Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 2
berikut:
Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan
Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan
probiotik EM4 serta MBPI tidak memberikan
perbedaan terhadap nilai pH. Hal ini terlihat bahwa
nilai pH antar kolam uji dan kontrol menunjukkan
pola yang sama dan berada pada kisaran yang layak
untuk kehidupan ikan. Boyd (1982) menyatakan
bahwa kisaran pH yang dapat menunjang
pertumbuhan ikan adalah 6.5-9. Nilai kisaran pH pada
kontrol 6,0-8,6; pada kolam perlakuan biokatalisator
ikan bandeng dan EM4 berkisar 6,0-7,99; sedang pada
kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan
MBPI berkisar 6,0-8,52.
Pengukuran Oksigen Terlarut (DO2) Air
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut
menunjukkan bahwa pada kolam kontrol konsentrasi
oksigen terlarut berkisar 1,24-4,84 mg/L; kolam
perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 (B)
berkisar 0,85-8,24 mg/L; sedang kolam perlakuan
biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 1,23-
5,89 mg/L. Nilai kisaran pada ketiga kolam uji masih
dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan.
Namun demikian terlihat bahwa kolam perlakuan
dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik
EM4 maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang
baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu
pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4
konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada
kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l.
Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik
EM4 memberikan pengaruh lebih baik dari perlakuan
biokatalisator ikan bandeng dan MBP-I. Hasil
pengukuran oksigen terlarut disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Fluktuasi O2 terlarut selama Kegiatan
Pengukuran Amoniak (NH3-N)
Hasil pengukuran kandungan ammonia (Gambar
4) menunjukkan kisaran konsentrasi yang cukup lebar,
yaitu pada kolam kontrol berkisar 0,044-2,05 mg/L;
0,015-2,24 mg/L untuk kolam perlakuan
biokatalisator dan probiotik EM4; dan 0,03-2,04 mg/l
untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik
MBPI. Dari ketiga data ini dapat dilihat bahwa kolam
perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI,
kandungan ammonia cenderung lebih rendah daripada
kolam kontrol maupun kolamperlakuan biokatalisator
dan MBPI. Namun secara keseluruhan, konsentrasi
maksimum pada ketiga kolam relatif tinggi dan telah
melebihi kisaran yang disarankan untuk pemeliharaan
ikan yaitu < 1 mg/l (Pescod, 1973).
Fluktusi Oksigen
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke
K ons e ntra s i (m g/l)
A
B
C
Fluktuasi Ammonia
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-
Konsentrasi (mg/L)
A
B
C
Fluktuasi pH
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke
N ila i pH
A
B
C
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)
24
Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH3-N) Terlarut
selama Kegiatan
Pengukuran Nitrit (NO2-N)
Konsentrasi nitrit pada kolam kontrol, kolam
perlakuan biokatalisator + EM4, dan kolam perlakuan
biokatalisator + MBPI berturut-turut adalah 0.022-
0.254 mg/l, 0.018-0.382 mg/l dan 0.023-0.178 mg/l.
Konsentrasi nitrit maximum yang diperbolehkan
dalam kegiatan budidaya ikan adalah < 0.06 mg/l
(Effendi, H, 2003). Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI
memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan
perlakuan biokatalisator dan probiotik EM4
(Gambar 5).
Gambar 5. Fluktuasi Nitrit (NO2-N) Terlarut
selama Kegiatan
Pengukuran Nitrat (NO3-N)
Gambar 6. Fluktuasi Nitrat (NO2-N) Terlarut
selama Kegiatan
Konsentrasi nitrat maksimum pada kolam
kontrol, yaitu berkisar 0,03-4,2 mg/L. Sedangkan
kandungan nitrat pada kolam perlakuan biokatalisator
+ probiotik MBPI lebih besar daripada kolam
perlakuan biokatalisator + EM4 (Gambar 6).
Keberadaan nitrat yang tinggi tidak membahayakan
bagi kehidupan ikan bahkan menunjukkan tingkat
kesuburan kolam. Dengan demikian, dapat dilihat
bahwa kolam perlakuan biokatalisator + probiotik
MBPI cenderung lebih subur daripada kolam
perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.
Pengukuran CO2 (karbondioksida)
Konsentrasi karbondioksida pada kolam
perlakuan biokatalisator relatif lebih tinggi
dibandingkan kolam kontrol, yaitu 0-39,9 mg/L pada
kolam kontrol; 2,2-55,4 mg/L pada kolam perlakuan
biokatalisator ikan bandeng dan EM4; dan 4,4-52,8
mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator dan MBPI.
Hal ini diduga karena ikan bandeng dan probiotik
dapat meningkatkan laju dekomposisi bahan organik
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi
karbondioksida sebagai produk akhir. Nilai kisaran
karbondioksida pada ketiga kolam uji masih layak
untuk pertumbuhan ikan. Kandungan karbondioksida
yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah tidak lebih
dari 5 mg/l, dan apabila oksigen tinggi ikan masih
dapat mentolerir kandungan karbondioksida kurang
dari 60 mg/l (Boyd, 1982).
Pengukuran PO4-N (Phosfat)
Kandungan phosfat pada perairan juga
menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Kandungan
phosfat pada kolam perlakuan masih lebih rendah
daripada kolam kontrol. Namun bila dibandingkan
antara kolam perlakuan biokatalisator + probiotik
EM4 (berkisar 0-7,4mg/L) dan kolam perlakuan
biokatalisator + probiotik MBPI (0-9 mg/L)
menunjukkan kolam perlakuan biokatalisator +
probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada
kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.
Hasil pengukuran kisaran dan rataan kualitas air
selama kegiatan disajikan pada Tabel 1, berikut :
Fluktuasi Nitrit
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-
Konsentrasi (mg/L)
A
B
C
Fluktuasi Nitrat
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu ke-
Konsentrasi (mg/L)
A
B
C
Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)
25
Tabel 1. Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air
SUHU pH O2 CO2 ALKALI NH3 NO2 NO3 PO4 KEC
PERLAKUAN
(0C) (-) (mg/l) (mg/l) (mg/ l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (cm)
A (Kontrol) MAX 26.7 8.6 4.84 39.9 81.6 2.05 0.264 4.1 10 30
MIN 23 6 1.24 0 37.5 0.044 0.022 0.03 0.04 19
RATAAN 24.10 7.52 3.58 13.18 58.26 0.456 0.099 0.653 2.970 12.43
B (EM-4) MAX 26.2 7.99 8.24 55.4 96.6 2.24 0.382 1.25 7.4 40
MIN 21 6 0.85 2.2 30 0.015 0.018 0.04 0.032 15
RATAAN 24.38 6.81 3.38 20.71 62.15 0.430 0.137 0.504 1.573 24.17
C (MBP-I) MAX 26.5 8.52 5.89 52.8 110.5 2.04 0.178 2.8 9 31
MIN 22 6 1.23 4.4 25 0.03 0.023 0.01 0.04 12
RATAAN 24.20 7.23 3.00 19.57 64.00 0.429 0.069 0.500 2.521 21.57
Pertumbuhan Udang
Dari hasil pengukuran pertumbuhan berat dan
panjang (Tabel 2) udang menunjukkan bahwa,
pertumbuhan terbaik terlihat pada perlakuan
biokatalisator + EM-4 yaitu mencapai berat 22,78
gram dan panjang 12,66 cm. Sedang pertumbuhan
paling rendah pada perlakuan kontrol, yang hanya
mencapai berat 11,51 gram dan panjang 9,93 cm
Tabel 2. Hasil Pertumbuhan pada Awa
dan Akhir Kegiatan
AWAL AKHIR
PERLAKUAN BERAT
(g)
PANJANG
(cm)
BERAT
(g)
PANJANG
(cm)
A (Kontrol) 2.94 6.69 11.51 9.93
B (EM-4) 2.94 6.69 22.78 12.66
C (MBP-I) 2.94 6.69 15.28 11.38
Sintasan udang
Sintasan udang tertinggi pada perlakuan B
(Biokatalisator+EM-4) yaitu mencapai 80,16%,
sedang pada perlakuan C (Biokatalisator+MBP-I)
mencapai 68,16% dan sintasan terendah pada kontrol
yaitu hanya mencapai 651,11%. Perlakuan
pemanfaatan biokatalisator yang dipadukan dengan
probiotik diduga memberikan pengaruh yang baik
terhadap kestabilan media pemeliharaan, sehingga
menghasilkan sintasan udang yang cukup baik
(Tabel 3).
Tabel 3. Sintasan Udang Galah
PERLAKUAN
TEBAR AWAL
(ekor)
PANEN
(ekor)
SINTASAN
(%)
A (Kontrol) 6300 3850 61.11
B (EM-4) 3604 2889 80,16
C (MBP-I) 5936 4050 68,23
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan yang telah diuraikan
sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah :
􀁸 Effektifitas ikan bandeng sebagai biokatalisator
menunjukkan kecenderungan positif terhadap
beberapa nilai parameter kualitas air, yaitu pH,
oksigen terlarut, nitrit dan nitrat.
􀁸 Sintasan udang mencapai 68,23-80,16%
􀁸 Sintasan bandeng 31,25-48,75%
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish
Culture. Elsevier sci.Publ Co Amesterdam
Moriarty, D.J.W. 1996. Microbial Biotechnology : a key
Inggradient for sustainable Aaquaculture. Infofish
International.
Wididana,. G.H, K. Riyanto 1986. Tanya Jawab Teknologi
Efektive Microorganisme. Koperasii Karyawan
Departemen Kehutanan, Jakarta.

menurut saudara apa yang perlu ditambahkan?